Puasa Islam dan Puasa Kejawen

Bagi saya orang kejawen, puasa orang islam hanya seperti dagelan tanpa isi. Seperti tong kosong nyaring bunyinya. Tidak membawa manfaat apa-apa kecuali kelaparan di siang hari. Apalagi sekarang sebagian orang islam demikian sombong sehingga memaksa warung-warung makan tutup agar mereka tidak tergoda untuk makan. Katanya puasa islam itu untuk menahan hawa nafsu, lha kalau pemancing-pemancing hawa nafsu dihilangkan semua terus apa yang dipuasai? Tidak ada. Lantas hawa nafsu apa yang ditahan? Nafsu makan dan minum? Nafsu seks? Emangnya orang-orang islam ini hobinya main seks di sing hari ya?

Pada kenyatannya tidak ada manfaat puasa islam kecuali kelaparan. Saya tidak melihat orang-orang islam menjadi lebih arif, sabar, pemurah, dan penuh kasih sayang setelah puasa. Sebaliknya mereka tambah rakus, penuh kepalsuan dan egois. Setelah puasa mereka juga tidak memiliki kekuatan batin apapun yang biasanya dimiliki orang yang telah menjalani puasa tertentu. Jadi hasil puasa islam adalah NOL BESAR.

Kata puasa berasal dari ajaran Hindu yaitu UPAVASA yang artinya duduk dekat. Duduk dekat siapa? Duduk dekat Tuhan. Jadi orang yang sedang menjalani puasa sebenarnya berusaha agar bisa mencapai kedudukan yang dekat dengan Tuhan. Bila puasanya berhasil maka seseorang yang berpuasa akan mendapatkan apa yang menjadi sebabnya ybs berpuasa karena pada waktu berpuasa kedudukannya demikian dekat dengan Tuhan sehingga dengan perkenan Tuhan apapun yang diinginkan akan terkabul. Bahkan bila ybs berpuasa tanpa mengharapkan apapun, maka harapan-harapannya yang terpendam dan tak terkatakan akan dikabulkan.

Sekarang saya beritahu puasa yang dijalani orang jawa. Ada puasa mutih yaitu makan nasi putih dan minum air putih saja. Puasa ngulup, makan daun-daunan yang direbus saja, minumnya air putih. Puasa ngrowot, makan umbi-umbian yang direbus saja dan minumnya air putih. Dan puasa ngayep, puasa boleh makan apapun tapi tidak boleh mengandung garam (rasa asin dan gurih) sedang minumnya air putih. Selain itu juga tidak boleh berhubungan seks, mabuk, marah dsb apapun yang berupa hawa nafsu. Ketiga puasa di atas tenggang waktunya harus ganjil yaitu minimal 7 hari, 21 hari dan maksimal 41 hari. Lain dengan puasa islam, puasa kejawen dimulai dan diakhiri setelah matahari terbenam sebab perhitungan hari orang jawa mengikuti perhitungan hari alam halus. Puasa-puasa ini tidak boleh diulang-ulang dalam waktu dekat dan biasanya dilakukan 1 tahun sekali saja mengikuti hari kelahiran atau weton.

Yang terakhir puasa pati geni yaitu puasa tidak makan dan minum, tidak boleh kena sinar matahari dan tidak boleh tertidur selama 3 hari. Puasa ini bukanlah puasa sembarangan dan dilakukan secara sembarangan. Hanya karena keadaan-kedaan khusus saja yang menyangkut hidup dan mati baru boleh dijalankan. Bukan saja karena puasa ini sangat sulit dijalankan juga karena keampuhannya yang luar biasa.

Di luar puasa-puasa di atas, kalau anda mendengar atau diajari puasa-puasa kejawen jenis lain, misalnya puasa ngalong(tidur seperti kalong, kaki di atas kepala di bawah), puasa mendem (ditanam di dalam tanah) dsb itu bukan ajaran kejawen. Itu adalah ajaran penganut jaya kawijayan (orang jawa yang berusaha yang mencari kesaktian agar menjadi kebal senjata tajam atau tidak terlihat dsb.). Ajaran kejawen bukan untuk mendapatkan kesaktian tetapi agar bisa menyatu dengan Tuhan.

Puasa kejawen adalah puasa yang bertuah. Siapapun yang lulus menjalaninya akan mendapatkan sesuatu entah itu sifatnya duniawi atau spiritual.